Kamis, 11 April 2013

Spektrofotometer

Tipe Instrumen Spektrofotometer
Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu single-beam dan double-beam.
Single-beam instrument
Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm (Skoog, DA, 1996).
Double-beam instrument
Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750 nm. Double-beam instrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokkan fotodetektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara elektronik dan ditunjukkan oleh alat pembaca (Skoog, DA, 1996).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri  UV-Vis
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna.
Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :
Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :
  1. Reaksinya selektif dan sensitif.
  2. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel.
  3. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama.
  4. Waktu operasional
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.
Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu :
  1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut, perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.
  2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum    lambert-beer akan terpenuhi.
  3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal (Rohman, Abdul, 2007).
Keuntungan Spektrofotometer
Keuntungan dari spektrofotometer adalah :
  1. Penggunaannya luas, dapat digunakan untuk senyawa anorganik, organik dan biokimia yang diabsorpsi di daerah ultra lembayung atau daerah tampak.
  2. Sensitivitasnya tinggi, batas deteksi untuk mengabsorpsi pada jarak 10-4 sampai 10-5 M. Jarak ini dapat diperpanjang menjadi 10-6 sampai 10-7 M dengan prosedur modifikasi yang pasti.
  3. Selektivitasnya sedang sampai tinggi, jika panjang gelombang dapat ditemukan dimana analit mengabsorpsi sendiri, persiapan pemisahan menjadi tidak perlu.
  4. Ketelitiannya baik, kesalahan relatif pada konsentrasi yang ditemui dengan tipe spektrofotometer UV-Vis ada pada jarak dari 1% sampai 5%. Kesalahan tersebut dapat diperkecil hingga beberapa puluh persen dengan perlakuan yang khusus.
  5. Mudah, spektrofotometer mengukur dengan mudah dan kinerjanya cepat dengan instrumen modern, daerah pembacaannya otomatis (Skoog, DA, 1996).disusun oleh : Evi Ernawaty.disalin dari: http://catatankimia.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-vis.html

Making a Streak Plate

http://www.youtube.com/watch?v=0heifCiMbfY

How to Use an Autoclave

http://www.youtube.com/watch?v=0dlDf8HiiQw

Making Microbiological Media

http://www.youtube.com/watch?v=BH4ESgWU_Eo

Uji IMViC

http://www.youtube.com/watch?v=fbozy4LSbgw

Antiseptik, Desinfektan dan Koefisien Fenol

Antiseptik dan Desinfektan:
1.      Sifat mikrobisidal (membunuh jasad renik)
Spora pada umumnya lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan hanya beberapa desinfektan seperti halogen, merkuri khlorida, formalin, dan etilen oksida yang efektif terhadap spora. Komponen kimia yang bersifat membunuh jasad renik disebut sifat bakterisidal (membunuh bakteri) atau fungisidal ( membunuh fungi). Sedangkan menurut Pelczar (1986), suatu bahan yang mematikan sel-sel vegetatif tetapi tidak selalu mematikan bentuk-bentuk spora yang resisten kuman disebut germisida (mikrobisida). Di dalam prakteknya, germisida hampir sama dengan disinfektan, tetapi germisida pada umumnya digunakan terhadap semua jenis kuman untuk penerapan yang mana saja.
2.      Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
Beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentu yang terdapat pada rempah-rempah. Komponen tersebut disebut mempunyai sifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) atau fungistatik (menghambat pertumbuhan fungi). Suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostasis. Bahan-bahan yang mempunyai persamaan dalam kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara kolektif dinamakan mikrobistatik/antiseptik. Komponen kimia yang bersifat membunuh lebih baik daripada yang hanya bersifat menghambat. Sebagai istilah umum, bahan antimikrobial diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba.
Proses kerusakan bakteri yang diakibatkan dari desinfektan dapat dibagi atas 3
a.       Oksidasi 
Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah melepaskan O2 untuk menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya O2, sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun dapat menimbulkan oksidasi.
b.      Koagulasi protein
Banyak zat seperti air-raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol, formaldehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein yang merupakan konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu adalah protein yang mengalami denaturasi, dan di dalam keadaan yang demikian itu protein tidak berfungsi lagi.
c.       Depresi atau tegangan permukaan
Sabun mengurang tegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat menyebabkan hancurnya bakteri. Dapat dikatakan pada umumnya, bakteri gram negatif lebih tahan terhadap pengurangan tegangan permukaan daripada bakteri gram positif.

 Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamtikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada feno






Fun with Your Microscopes

http://www.carolina.com/teacher-resources/Interactive/fun-with-microscopes/tr10729.tr?coId=10850&mCat=

The coliform MPN test

https://www.youtube.com/watch?v=JUwItlm647U

Fecal Coliform Part III

https://www.youtube.com/watch?v=M5BI1NroHC4

Fecal Coliform Part II

https://www.youtube.com/watch?v=kLrMpl64rp4

Fecal Coliform Part I

https://www.youtube.com/watch?v=As8rXkZQZdE