Kamis, 11 April 2013

Antiseptik, Desinfektan dan Koefisien Fenol

Antiseptik dan Desinfektan:
1.      Sifat mikrobisidal (membunuh jasad renik)
Spora pada umumnya lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan hanya beberapa desinfektan seperti halogen, merkuri khlorida, formalin, dan etilen oksida yang efektif terhadap spora. Komponen kimia yang bersifat membunuh jasad renik disebut sifat bakterisidal (membunuh bakteri) atau fungisidal ( membunuh fungi). Sedangkan menurut Pelczar (1986), suatu bahan yang mematikan sel-sel vegetatif tetapi tidak selalu mematikan bentuk-bentuk spora yang resisten kuman disebut germisida (mikrobisida). Di dalam prakteknya, germisida hampir sama dengan disinfektan, tetapi germisida pada umumnya digunakan terhadap semua jenis kuman untuk penerapan yang mana saja.
2.      Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
Beberapa komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentu yang terdapat pada rempah-rempah. Komponen tersebut disebut mempunyai sifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) atau fungistatik (menghambat pertumbuhan fungi). Suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostasis. Bahan-bahan yang mempunyai persamaan dalam kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara kolektif dinamakan mikrobistatik/antiseptik. Komponen kimia yang bersifat membunuh lebih baik daripada yang hanya bersifat menghambat. Sebagai istilah umum, bahan antimikrobial diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba.
Proses kerusakan bakteri yang diakibatkan dari desinfektan dapat dibagi atas 3
a.       Oksidasi 
Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah melepaskan O2 untuk menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya O2, sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun dapat menimbulkan oksidasi.
b.      Koagulasi protein
Banyak zat seperti air-raksa, perak, tembaga dan zat-zat organik seperti fenol, formaldehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein yang merupakan konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu adalah protein yang mengalami denaturasi, dan di dalam keadaan yang demikian itu protein tidak berfungsi lagi.
c.       Depresi atau tegangan permukaan
Sabun mengurang tegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat menyebabkan hancurnya bakteri. Dapat dikatakan pada umumnya, bakteri gram negatif lebih tahan terhadap pengurangan tegangan permukaan daripada bakteri gram positif.

 Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamtikan mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada feno






Tidak ada komentar:

Posting Komentar