1.
Sifat mikrobisidal (membunuh jasad renik)
Spora
pada umumnya lebih tahan daripada bentuk vegetatif dan hanya beberapa
desinfektan seperti halogen, merkuri khlorida, formalin, dan etilen oksida yang
efektif terhadap spora. Komponen kimia yang bersifat membunuh jasad renik
disebut sifat bakterisidal (membunuh bakteri) atau fungisidal ( membunuh
fungi). Sedangkan menurut Pelczar (1986), suatu bahan yang mematikan sel-sel
vegetatif tetapi tidak selalu mematikan bentuk-bentuk spora yang resisten kuman
disebut germisida (mikrobisida). Di dalam prakteknya, germisida hampir sama
dengan disinfektan, tetapi germisida pada umumnya digunakan terhadap semua
jenis kuman untuk penerapan yang mana saja.
2.
Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
Beberapa
komponen kimia pada konsentrasi rendah tidak dapat membunuh jasad renik, tetapi
hanya menghambat pertumbuhannya, misalnya senyawa tertentu yang terdapat pada
rempah-rempah. Komponen tersebut disebut mempunyai sifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan bakteri) atau fungistatik (menghambat pertumbuhan
fungi). Suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan
bakteri disebut bakteriostasis. Bahan-bahan yang
mempunyai persamaan dalam kemampuan menghambat pertumbuhan mikroorganisme
secara kolektif dinamakan mikrobistatik/antiseptik. Komponen
kimia yang bersifat membunuh lebih baik daripada yang hanya bersifat menghambat. Sebagai
istilah umum, bahan antimikrobial diartikan sebagai bahan yang mengganggu pertumbuhan
dan metabolisme mikroba.
Proses kerusakan bakteri yang diakibatkan dari desinfektan dapat dibagi atas 3
a.
Oksidasi
Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah melepaskan O2 untuk menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya O2, sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun dapat menimbulkan oksidasi.
Zat-zat seperti H2O2, Na2BO4, KMnO4 mudah melepaskan O2 untuk menimbulkan oksidasi. Klor di dalam air menyebabkan bebasnya O2, sehingga zat ini merupakan desinfektan. Hubungan klor langsung dengan protoplasma pun dapat menimbulkan oksidasi.
b.
Koagulasi protein
Banyak zat seperti air-raksa, perak, tembaga dan zat-zat
organik seperti fenol, formaldehida, etanol menyebabkan penggumpalan protein
yang merupakan konstituen dari protoplasma. Protein yang telah menggumpal itu
adalah protein yang mengalami denaturasi, dan di dalam keadaan yang demikian
itu protein tidak berfungsi lagi.
c.
Depresi atau tegangan permukaan
Sabun mengurang tegangan permukaan, dan oleh karena itu dapat
menyebabkan hancurnya bakteri. Dapat dikatakan pada umumnya, bakteri gram negatif lebih tahan terhadap pengurangan tegangan permukaan daripada
bakteri gram positif.
Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan antimikrobial dibandingkan dengan fenol.
Fenol dijadikan pembanding karena fenol sering digunakan untuk mamtikan
mikroorganisme. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa
bahan antimikrobial tersebut kurang efektif dibandingkan fenol.
Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih dari 1 artinya bahan mikrobial
tersebut lebih ampuh daripada feno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar